Seperti molekul biokimiawi, manusia lebih suka dengan mereka yang ‘muatan’nya sama.
Iya kan?
Postingan sampah hasil kondensasi stress dan serapah harian. Yha, semacam curhat gitu. Kadang cuma gibberish dan ngacapruk ga jelas, yang penting #tulisajadulu
Saat berbahagia, aku takut. Apa benar ini suka cita? Atau aku sedang gila? Ah, dasar baterai~
Seperti molekul biokimiawi, manusia lebih suka dengan mereka yang ‘muatan’nya sama.
Iya kan?
Hati bukan tempat perasaan, hati itu tempat detoksifikasi perasaan. Tepat seperti persepsimu. Tempat keluh kesah dalam diri masing-masing dibuang dalam bentuk serapah. Bisa jadi, saat ini toksin itu sudah terlalu banyak. Makanya hati kita mulai mati. Kita harus selesaikan semua ini, lalu pergi Dadah~
Kulit kacang sering dijadikan senjata untuk menyerang mereka yang dianggap lupa diri. Lupa terhadap orang yang berjasa bagi apapun yang telah mereka raih.
Bagai makan kacang lupa kulitnya.
Begitu katanya~
Haha. Lucu.
Emang ada orang yang mau makan kulit kacang yang keras begitu?
Mulai galau lagi?
Tidak apa-apa. Galau itu mekanisme defensif sekaligus detoksifikasi pikiran.
Buang semua rasa yang mengganjal itu. Nanti juga akan lega.
Tapi, kamu sadar, kan? Pasti dari awal kamu tahu resiko diammu.
See, you pushed people away from you. Once they’re fading away, they probably never going back.
Hallo mas! Selamat ya, sudah jadi Santri Sukorejo. Gantiin posisi kakak 11 tahun lalu. Kakak bangga saat mas menelpon. Suara dan nada bicara mas sudah berubah. Dewasa, agak songong. but my lil bro has grown up~
Perpisahan itu seperti luka memar Tidak membunuh memang Tapi perih dan bekasnya, lam hilang
Saat ‘kau tersenyum, ingin rasanya ‘ku bekukan waktu. Jadi jika nanti kau tersedu, aku tinggal menghangatkannya untukmu
Pertemuan itu berpandangan sejenak Kemudian tenggelam dalam layar handphone masing-masing Lalu rindu yang kemarin bergumul, jadi terasing dalam diam. Kasihan.
Jika hal yang memacu proses kreatifmu dapat membuatmu gila, apakah kamu akan tetap menulis?
Memikirkan kata yang pas untuk kalimat diatas butuh waktu semalaman.
Kenapa?
Simpel saja. Karena aku tidak bisa menulis saat sedang senang. Bukan karena tidak ada bahan untuk menulis. Banjir malah.